Minggu, 24 Januari 2010

KEBANGKITAN WAYANG ORANG NGESTI PANDOWO

SEMARANG – Kelompok Wayang Orang Ngesti Pandowo sebagai salah satu ikon budaya di Kota Semarang, hingga kini masih berusaha mendapatkan ruang di hati penikmat seni Semarang. Setelah sempat mengalami krisis finansial dan regenerasi berkepanjangan, semenjak tahun 1980 sepeninggal tokoh-tokoh pendiri mereka, mulai tahun 2009 kemarin, kelompok wayang orang ini kembali bangkit. Suntikan dana dari Pemerintah Propinsi Kota Semarang sebesar Rp.33,6 Juta dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk upaya revitalisasi. Kelompok beranggotakan 85 orang yang terdiri dari 45 pemain wayang, 15 pemain karawitan dan 20 orang pembantu umum ini tampil semaksimal mungkin di depan warga kota Semarang, setiap sabtu malam di gedung Ki Narto Sabdo Taman Budaya Raden Saleh, meski masih terkendala pemain wanita.
”Apabila kita mengambil pemain dari luar, kita terkendala dengan honor kita yang di bawah UMR.” ungkap Ketua Kelompok Wayang Orang Ngesti Pandowo, Cicuk Sastrosoedirjo.
Animo masyarakat Semarang juga mulai meningkat karena wayang orang ini menghadirkan karya-karya baru yang lebih menarik, baik dari segi cerita maupun kreativitas pemain di atas panggung. Kelompok ini juga sering bekerja sama dengan pemain-pemain dari berbagai wilayah di Jawa Tengah untuk tampil bersama demi menghasilkan tontonan yang lebih berkualitas di hadapan masyarakat Semarang.

KEBANGKITAN SENI BUDAYA DAN PARIWISATA KOTA SEMARANG

KEBANGKITAN SENI BUDAYA DAN PARIWISATA KOTA SEMARANG

SEMARANG – Budaya daerah merupakan bagian integral dan dominan untuk mengokohkan budaya nasional. Berdasarkan hal tersebut, memasuki tahun yang baru ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang sudah mempersiapkan kalender event tahun 2010 bagi seniman dan budayawan kota Semarang. Aset budaya dan wisata yang dimiliki kota Semarang ternyata memiliki potensi yang besar dan melebihi kota-kota lain di Jawa Tengah, seperti Solo dan Magelang. Hal ini ditandai dengan perolehan Tropi bergilir Presiden, oleh kelompok Reog Singo Tirang Semarang sebagai juara satu di Festival Suran di Ponorogo tahun 2009 lalu.

Setiap tahun, pemerintah kota Semarang tidak akan miskin dengan acara-acara kesenian dan acara-acara kebudayaan, acara-acara tersebut juga sebagai ajang promosi pariwisata kota Semarang. Kami sadar bahwa potensi pariwisata kota Semarang itu melebihi kota Solo dan Magelang. Saatnya Semarang bangkit.” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Agung Prio Utomo.

Melalui penyusunan Kalender Event seni dan budaya tersebut, Disbudpar kota Semarang sekaligus melakukan pembinaan dan pengembangan kesenian kota Semarang. Diharapkan kebangkitan ini, nantinya dapat memperkuat kebudayaan nasional Indonesia.

Rabu, 16 Desember 2009

KDRT DOMINASI KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DI JAWA TENGAH

SEMARANG - Kasus kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia, sudah sepantasnya pelaku kekerasan tersebut mendapatkan hukuman yang setimpal.
Hingga saat ini, LBH APIK yang mempunyai visi mendukung serta mewujudkan sistem hukum yang berkeadilan gender, mencatat kasus kekerasan pada perempuan di Jawa Tengah didominasi oleh kasus KDRT yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga, sedangkan kasus lainnya antara lain kekerasan dalam pacaran, perkosaan, dan pencabulan.
"KDRT disini masih terbagi lagi menjadi empat kategori, yaitu kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran ekonomi." ungkap Dina, Direktur Utama LBH APIK Semarang.
Menurut data LBH APIK Semarang tahun 2007, dari 73 orang yang mengalami KDRT sebanyak 48 berkonsultasi melalui surat, 3 melalui email dan 22 orang datang. Untuk kasus yang datang langsung, perinciannya adalah 5 orang mengalami kekerasan fisik, 9 orang mengalami kekerasan psikis, 6 orang mengalami penelantaran ekonomi, dan 2 orang mengalami kekerasan seksual.
Dalam UU no.23 tahun 2004 tentang KDRT sudah diatur bahwa selain hukuman denda dan kurungan, pelaku KDRT juga bisa dikenai hukuman alternatif, meskipun hingga kini sarananya belum ada di Indonesia. (MY)

LBH APIK, LEMBAGA PEMBELA HAK-HAK PEREMPUAN

SEMARANG - LBH APIK merupakan lembaga bantuan hukum asosiasi perempuan untuk keadilan yang berpusat di Jakarta dan mempunyai jaringan di beberapa wilayah, salah satunya di Semarang.
Sejak mendeklarasikan diri pada tanggal 8 Maret 2005 sampai sekarang, LBH APIK Semarang terfokus pada dua program, yakni pelayanan hukum dan advokasi kebijakan. Program pelayanan hukum dilaksanakan melalui kegiatan layanan konsultasi hukum dan penanganan perkara baik secara litigasi maupun non litigasi. Selanjutnya, program advokasi keebijakan dilaksanakan melalui kegiatan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang perlindungan perempuan dan anak yang difasilitasi oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah.
Hingga saat ini, LBH APIK Semarang telah berhasil menyelesaikan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang sebagian besar adalah kasus KDRT yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
"Kami bekerja sesuai dengan keinginan mereka, banyak yang hanya ingin selesai pada tahap perceraian saja, namun banyak juga yang sampai pada tahap pelaporan dan diperkarakan di pihak kepolisian. Kami siap mendampingi hingga proses selesai." ungkap Dina, Direktur Utama LBH APIK Semarang.
Melalui pelayanan hukum, LBH APIK Semarang berharap bisa membantu perempuan korban kekerasan secara langsung dan sebagai pintu masuk dalam mengintervensi proses-proses tata peradilan hukum positif. (MY)

LARI MARATHON SALATIGA-SEMARANG DEMI HARI ANTI KORUPSI

SEMARANG - Sebagai wujud protesnya terhadap kelambanan kinerja Presiden SBY dalam menangani kasus-kasus korupsi pejabat-pejabat di pemerintahan, Otomayor, seorang mantan atlit marathon rela berlari dari Salatiga hingga Semarang, pada saat hari anti korupsi sedunia.
Dalam aksinya, Otomayor selalu mengibarkan bendera merah putih sebagai bentuk cintanya kepada negara ini.
"Saya meminta kepada Presiden SBY untuk segera menyelesaikan kasus-kasus korupsi yang ada di Indonesia ini. Saya adalah rakyat kecil yang dirugikan akibat korupsi, rela berlari marathon dari Salatiga hingga Semarang ini, demi negara yang bebas korupsi." ungkap Otomayo.
Profesinya yang hanya sebagai tukang becak, tidak menghalagi Otomayo dalam upaya memperjuangkan pendapatnya demi negara Indonesia yang bersih dari korupsi. (MY)

DEMONSTRASI HARI ANTI KORUPSI

SEMARANG - Dalam memperingati hari anti korupsi sedunia, aliansi Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GERAK) Jawa Tengah, melakukan demonstrasi yang dimulai dari bundaran air mancur Universitas Diponegoro, Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah, Pengadilan Negeri Semarang, dan berakhir di depan gedung dewan Provinsi Jawa Tengah. Dalam aksinya, mereka menuntut Presiden SBY segera menyelesaikan kasus-kasus korupsi para pejabat di pemerintahan. Mereka juga menyerukan penilaian mereka terhadap kinerja Presiden SBY yang gagal dalam memberantas korupsi di negara ini.
"Sampai sekarang masih banyak kasus-kasus korupsi yang belum diselesaikan. Pemerintahan SBY terkesan sangat lamban dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Seharusnya kita malu menjadi salah satu negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia." seru Rohmadi, salah satu peserta demonstrasi yang menrupakan anggota dari KAMMI.
Dengan penjagaan ketat dari aparat kepolisian, aksi ini berjalan tertib dan lancar. Aksi demonstrasi ini kemudian diakhiri dengan pembakaran simbol korupsi di depan gedung dewan Provinsi Jawa Tengah. (MY)

Selasa, 08 Desember 2009

TRADISI APITAN KEMBALI DIGELAR

SEMARANG - Warga Menoreh Raya, Kelurahan Sampangan, Kecamatan Gajah Mungkur kembali menyelenggarakan tradisi apitan. Tradisi ini merupakan simbolisasi ungkapan syukur atas rahmat Sang Pencipta. Tradisi ini sudah berlangsung selama puluhan tahun, dan selalu terselenggara diantara dua peringatan besar, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.
Lambang dari tradisi ini adalah gunungan hasil bumi yang terdiri atas hasil tumpukan padi, cabai, terong ungu, petai, pare, jagung, tomat, dan kacang panjang, yang ditandu oleh empat orang. Tidak ada ritual khusus dalam tradisi ini, melainkan hanya lebih kepada pengembangan budaya dan hiburan tradisional.(MY)


Analisis 5W+1H :

1. What : Tradisi Apitan kembali digelar
2. Why : Simbolisasi ungkapan syukur atas rahmat sang Pencipta
3. When : Terselenggara diantara dua peringatan besar, yaitu Idul Fitri dengan Idul Adha
4. Where : Menoreh Raya, Kelurahan Sampangan, kecamatan Gajah Mungkur
5. Who : Warga Menoreh Raya
6. How : Lambang dari tradisi ini adalah gunungan hasil bumi yang terdiri atas hasil tumpukan padi, cabai, terong ungu, petai, pare, jagung, tomat, dan kacang panjang, yang ditandu oleh empat orang. Tidak ada ritual khusus dalam tradisi ini, melainkan hanya lebih kepada pengembangan budaya dan hiburan tradisional.